SAKAMENA NEWS, Ambon –
Satu dekade lalu, tak banyak yang membayangkan bahwa dari ujung timur Indonesia akan muncul panggung akademik global bertaraf internasional. Tapi kini, kenyataan itu berbicara lantang dari Ambon. Di bawah langit biru Teluk Ambon, Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura (FK Unpatti) melaksanakan kegiatan yang spektakuler: The 2nd International Conference on Health and Medicine (ICHM) yang digelar pada 8–9 Mei 2025 di Hotel Santika Premiere Ambon.
Konferensi ini bukan sekadar pertemuan ilmiah biasa.
Mengusung tema “Collaborative Approaches to Advancing Health in the Archipelago: Innovative and Integrative Solutions”, ICHM 2025 adalah sebuah pernyataan sikap: bahwa kesehatan wilayah kepulauan menuntut pendekatan khusus, yang tak hanya ilmiah, tapi juga kontekstual, inovatif, dan berbasis kolaborasi antar bangsa.
Dekan Tangguh, Panitia Solid, dan Semangat Kepulauan

Di balik panggung megah ICHM 2025, berdiri tegak sosok Dr. dr. Bertha Jean Que, Sp.S., M.Kes., Dekan FK Unpatti yang tak kenal lelah membangun reputasi institusi ini secara sistematis dan penuh dedikasi. Kepemimpinannya yang konsisten dalam mendorong sinergi akademik, profesionalisme kedokteran, dan kepekaan terhadap isu-isu khas wilayah timur Indonesia, menjadikan FK Unpatti sebagai episentrum pembaruan ilmu kedokteran di kawasan timur Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT

Turut memainkan peran vital, dr. Is Asma’ul Haq Hataul, Sp.PD, sebagai Ketua Panitia ICHM 2025. Di tangannya, konferensi ini dikemas dengan ketelitian akademik dan kreativitas khas anak negeri. Bersama tim kerja yang solid, FK Unpatti membuktikan bahwa Maluku tidak kekurangan tenaga profesional yang mampu menggelar konferensi bertaraf internasional dengan presisi dan standar mutu tinggi.
Daftar Pembicara Kelas Dunia, dari Lima Negara
ICHM 2025 menghadirkan barisan pembicara dari berbagai belahan dunia. Dari Australia, hadir Dr. Richard Colbran (CEO NSW Rural Doctors Network), dan Amanda Hunter yang membawa pengalaman pelayanan kesehatan pedesaan dan kepulauan. Dari India, Dr. Karthik Adapa (World Health Organization SEARO) menyajikan pendekatan regional terhadap isu penyakit tropis.
Belanda mengirimkan Prof. Jan Nouwen, MD, Ph.D. dari Erasmus Medical Centre, pusat riset kedokteran Eropa terkemuka, sementara Malaysia mengirimkan Assoc. Prof. Mohd Fadli Bin Mohd Asmani dan Indonesia sendiri turut mendatangkan ahli-ahlinya yang siap berbagi wawasan yaitu Prof. Dr. Budi Santoso dr..Sp.OG(K), Elisabeth Farah Novita Coutrier, Ph.D., Prof.Dr. Yudi Mulyana Hidayat., dr.Sp.OG(K) dengan riset-riset mutakhir berbasis komunitas kepulauan, serta dukungan penuh dari Menteri Kesehatan Ir. Budi Gunadi Sadikin, CHFC.,CLU.
Unpatti Bangkit, Universitas Negeri Rasa Global

Di balik kesuksesan FK Unpatti, berdiri sosok Prof. Dr. Fredy Leiwakabessy, M.Pd., Rektor Universitas Pattimura, yang sejak awal kepemimpinannya menunjukkan komitmen kuat menjadikan Unpatti sebagai lokomotif pendidikan tinggi kawasan timur Indonesia. Bukan hanya bicara akreditasi atau rangking, Prof. Fredy, begitu ia disapa membangun Unpatti dengan pendekatan jangka panjang berbasis riset, kolaborasi lintas negara, dan penguatan sumber daya manusia.
Rekam jejaknya bukan basa-basi. Di bawah kendalinya, Unpatti kini aktif dalam konsorsium internasional, memperluas kemitraan dengan universitas di Eropa dan Asia, serta mendorong publikasi dosen dan mahasiswa di jurnal bereputasi tinggi.
Pemerintah Daerah Hadir Penuh: Gubernur Lewerissa Bicara Strategi Kesehatan Kepulauan
Kehadiran pemerintah daerah bukan simbolik. Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, S.H., LL.M., tampil sebagai Keynote Speaker, membawa perspektif kebijakan daerah terhadap sistem kesehatan berbasis kepulauan. Gubernur Lewerissa, yang baru saja menjabat pada awal 2025, dikenal sebagai figur legal teknokrat yang paham seluk-beluk struktur anggaran dan pembangunan berbasis wilayah maritim.
Dukungan beliau terhadap penyelenggaraan ICHM 2025 menjadi sinyal kuat bahwa Pemerintah Provinsi Maluku membuka diri terhadap riset, inovasi, dan kemitraan strategis lintas institusi. Sebuah langkah maju di tengah tantangan geografis dan fiskal yang selama ini membatasi ekspansi sektor kesehatan di Maluku.
Jalur ke Scopus, Jembatan ke Dunia
ICHM 2025 bukan hanya ajang bicara. Lebih dari itu, ini adalah pintu masuk para akademisi dan peneliti muda menuju jurnal-jurnal bereputasi. Karya-karya ilmiah terpilih akan dipublikasikan di jurnal terindeks Scopus dan SINTA, memastikan kontribusi intelektual dari Indonesia timur tidak lagi tercecer, tetapi terdokumentasi dalam ekosistem akademik global.
Tak berhenti di sana, konferensi ini juga akan diakhiri dengan Open Trip Banda Neira, sebuah pengalaman ilmiah-kultural yang menyatukan diskusi akademik dengan napas sejarah dan keindahan alam Maluku. Karena bagi FK Unpatti, ilmu bukan hanya ruang seminar, tapi juga cerminan hidup dan budaya orang kepulauan.
Sakamena Catat: Dari Ambon untuk Dunia
FK Unpatti sedang menulis sejarah. Ini bukan sekadar konferensi, ini adalah sinyal perlawanan terhadap marginalisasi wilayah timur Indonesia. ICHM 2025 adalah pembuktian bahwa ketika pendidikan, kesehatan, dan pemerintahan bertemu dalam semangat kolaborasi, hasilnya bisa menggetarkan panggung dunia.
Maluku kini tidak hanya dikenal karena musik dan rempah, tapi juga karena ilmu pengetahuan dan keberanian intelektualnya. Dari Ambon, Maluku – dari Fakultas Kedokteran Unpatti, dari tangan anak-anak timur yang bekerja dalam senyap tapi berdampak besar.
Hotumese!!!
Penulis : Weyber Pagaya,SH
Editor : Tim Redaksi Sakamena News